Rabu, 04 Mei 2011

Deja Vu dan Asal-Usulnya

Hampir semua dari kita pernah mengalami apa yang dinamakan deja vu: sebuah perasaan aneh yang mengatakan bahwa peristiwa baru yang sedang kita rasakan sebenarnya pernah kita alami jauh sebelumnya. Peristiwa ini bisa berupa sebuah tempat baru yang sedang dikunjungi, percakapan yang sedang dilakukan, atau sebuah acara TV yang sedang ditonton. Lebih anehnya lagi, kita juga seringkali tidak mampu untuk dapat benar-benar mengingat kapan dan bagaimana pengalaman sebelumnya itu terjadi secara rinci. Yang kita tahu hanyalah adanya sensasi misterius yang membuat kita tidak merasa asing dengan peristiwa baru itu.

Keanehan fenomena deja vu ini kemudian melahirkan beberapa teori metafisis yang mencoba menjelaskan sebab musababnya. Salah satunya adalah teori yang mengatakan bahwa deja vu sebenarnya berasal dari kejadian serupa yang pernah dialami oleh jiwa kita dalam salah satu kehidupan reinkarnasi sebelumnya di masa lampau. Bagaimana penjelasan ilmu psikologi sendiri?

Terkait dengan Umur dan Penyakit Degeneratif

Pada awalnya, beberapa ilmuwan beranggapan bahwa deja vu terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh sebelah mata sampai ke otak (dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi yang sama yang diterima oleh sebelah mata yang lain, sehingga menimbulkan perasaan familiar pada sesuatu yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori yang dikenal dengan nama “optical pathway delay” ini dipatahkan ketika pada bulan Desember tahun lalu ditemukan bahwa orang butapun bisa mengalami deja vu melalui indra penciuman, pendengaran, dan perabaannya.

Selain itu, sebelumnya Chris Moulin dari University of Leeds, Inggris, telah menemukan pula penderita deja vu kronis: orang-orang yang sering dapat menjelaskan secara rinci peristiwa-peristiwa yang tidak pernah terjadi. Mereka merasa tidak perlu menonton TV karena merasa telah menonton acara TV tersebut sebelumnya (padahal belum), dan mereka bahkan merasa tidak perlu pergi ke dokter untuk mengobati ‘penyakit’nya karena mereka merasa sudah pergi ke dokter dan dapat menceritakan hal-hal rinci selama kunjungannya! Alih-alih kesalahan persepsi atau delusi, para peneliti mulai melihat sebab musabab deja vu ke dalam otak dan ingatan kita.

Baru-baru ini, sebuah eksperimen pada tikus mungkin dapat memberi pencerahan baru mengenai asal-usul deja vu yang sebenarnya. Susumu Tonegawa, seorang neuroscientist MIT, membiakkan sejumlah tikus yang tidak memiliki dentate gyrus, sebuah bagian kecil dari hippocampus, yang berfungsi normal. Bagian ini sebelumnya diketahui terkait dengan ingatan episodik, yaitu ingatan mengenai pengalaman pribadi kita. Ketika menjumpai sebuah situasi, dentate gyrus akan mencatat tanda-tanda visual, audio, bau, waktu, dan tanda-tanda lainnya dari panca indra untuk dicocokkan dengan ingatan episodik kita. Jika tidak ada yang cocok, situasi ini akan ‘didaftarkan’ sebagai pengalaman baru dan dicatat untuk pembandingan di masa depan.

Menurut Tonegawa, tikus normal mempunyai kemampuan yang sama seperti manusia dalam mencocokkan persamaan dan perbedaan antara beberapa situasi. Namun, seperti yang telah diduga, tikus-tikus yang dentate gyrus-nya tidak berfungsi normal kemudian mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang serupa tapi tak sama. Hal ini, tambahnya, dapat menjelaskan mengapa pengalaman akan deja vu meningkat seiring bertambahnya usia atau munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti Alzheimer: kehilangan atau rusaknya sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal tersebut membuat kita sulit menentukan apakah sesuatu ‘baru’ atau ‘lama’.

Menciptakan ‘Deja Vu’ dalam Laboratorium

Salah satu hal yang menyulitkan para peneliti dalam mengungkap misteri deja vu adalah kemunculan alamiahnya yang spontan dan tidak dapat diperkirakan. Seorang peneliti tidak dapat begitu saja meminta partisipan untuk datang dan ‘menyuruh’ mereka mengalami deja vu dalam kondisi lab yang steril. Deja vu pada umumnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di mana tidak mungkin bagi peneliti untuk terus-menerus menghubungkan partisipan dengan alat pemindai otak yang besar dan berat. Selain itu, jarangnya deja vu terjadi membuat mengikuti partisipan kemana-mana setiap saat bukanlah hal yang efisien dan efektif untuk dilakukan. Namun beberapa peneliti telah berhasil mensimulasikan keadaan yang mirip deja vu.

Seperti yang dilaporkan LiveScience, Kenneth Peller dari Northwestern University menemukan cara yang sederhana untuk membuat seseorang memiliki ‘ingatan palsu’. Para partisipan diperlihatkan sebuah gambar, namun mereka diminta untuk membayangkan sebuah gambar yang lain sama sekali dalam benak mereka. Setelah dilakukan beberapa kali, para partisipan ini kemudian diminta untuk memilih apakah suatu gambar tertentu benar-benar mereka lihat atau hanya dibayangkan. Ternyata gambar-gambar yang hanya dibayangkan partisipan seringkali diklaim benar-benar mereka lihat. Karena itu, deja vu mungkin terjadi ketika secara kebetulan sebuah peristiwa yang dialami seseorang serupa atau mirip dengan gambaran yang pernah dibayangkan.

LiveScience juga melaporkan percobaan Akira O’Connor dan Chris Moulin dari University of Leeds dalam menciptakan sensasi deja vu melalui hipnosis. Para partisipan pertama-tama diminta untuk mengingat sederetan daftar kata-kata. Kemudian mereka dihipnotis agar mereka ‘melupakan’ kata-kata tersebut. Ketika para partisipan ini ditunjukkan daftar kata-kata yang sama, setengah dari mereka melaporkan adanya sensasi yang serupa seperti dejavu, sementara separuhnya lagi sangat yakin bahwa yang mereka alami adalah benar-benar deja vu. Menurut mereka hal ini terjadi karena area otak yang terkait dengan familiaritas diganggu kerjanya oleh hipnosis.

Sumber:

Some Imagination! How Memory Fails Us – LiveScience

Patients Suffer Deja Vu… Over and Over – LiveScience

Blind Man Has Deja Vu, Busting a Myth – LiveScience

Origin of Deja Vu Pinpointed – LiveScience

Entri Wikipedia Mengenai Deja Vu (lihat juga beberapa tautan yang diberikan di sana untuk bacaan lebih lanjut)

ARTI CINTA DAN MENCINAI

Manusiawi sekali kalau kamu ingin dicintai. Cinta memang indah, menggairahkan dan mempesona. Namun kamu tidak bisa meminta atau memaksa orang lain mencintaimu. Satu-satunya cara yang bijak untuk dicintai adalah dengan melupakan keinginan dicintai dan mulai mencintai.

1. Mencintai berarti merindukannya. Kerinduanmu menyiratkan betapa berartinya dia bagimu sehingga kepergiannya membuat kamu merasa kehilangan , betapa kamu ingin selalu bersamanya , dan betapa waktu terasa lama ketika dia tidak berada disisimu. Ungkapkanlah kerinduanmu ketika kalian tidak bertemu dalam waktu yang cukup lama atau terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Jangan tahan rasa rindumu , dan jangan biarkan dia menanti ungkapan kerinduanmu.

2. Mencintai berarti memotivasinya. Doronglah kekasihmu untuk meraih cita-citanya , untuk bangkit dari kegagalan , untuk berani mengambil keputusan penting yang sudah ditundanya, dsb.

3. Mencintai berarti memaafkannya. Karena kekasihmu juga seorang manusia biasa yang bisa salah, maka pemberian maaf adalah salah satu bukti cintamu padanya. Belajarlah untuk mudah memaafkan kekasihmu setiap kali dia melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang tidak prinsipil. Bahkan untuk kesalahannya yang cukup besar pun kamu perlu memaafkannya setelah persoalannya dibicarakan secara terbuka. menyimpan kesalahan akan merusak hubungan cinta yang sudah lama terjalin.


4. Mencintai berarti menyadarkannya. Meskipun cinta sejati menutupi banyak kesalahan , namun cinta juga mengoreksinya, memperingatkannya dan menegurnya bila dianggap perlu. Ketika kekasihmu melakukan hal-hal yang buruk , ketika dia hendak mengambil keputusan yang bodoh dan berbahaya , saat itulah kamu perlu menyadarkannya.


5. Mencintai berarti peka terhadap keinginan dan kebutuhannya. Kalau kekasihmu seorang yang terbuka , kamu akan lebih mudah memahaminya. Tapi kalau dia tertutup , sebaiknya sering-seringlah menanyakan kepadanya. Jangan sampai tanpa sadar kamu mengulang-ulang kebiasaan yang dibencinya, tapi jarang melakukan apa yang disukainya.


6. Mencintai berarti berterima kasih . Berterima kasih atas kerelaannya menjadi kekasihmu , atas kesetiaannya dan atas pengorbanannya . Terimalah dengan penuh penghargaan ungkapan kasih sayang yang ditunjukkannya dalam bentuk apapun . Jangan mematikan gairah cintanya dengan sikap dingin dan pasif. Ungkapkanlah rasa terima kasihmu dengan ucapan yang manis, senyuman atau pelukan.

7. mencintai berarti mempercayai dan memberinya kesempatan untuk membuktikan ketulusan dan kesetiaannya kepadamu. Jangan membebani dia dengan rasa cemburu dan rasa takut kehilangan dia. Jangan mengekangnya hanya karena kamu kurang mempercayainya.

8. Mencintai berarti selalu berusaha untuk membahagiakannya. Ketika kamu ikut andil dalam membuatnya bahagia , maka kebahagiaannya akan menjadi sebagian dari kebahagiaanmu . Jangan pelit untuk berkorban bagi orang yang kamu cintai.

9. Mencintai berarti memberinya kebebasan untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya , termasuk keluhan ‘ kemarahan , harapan dan kekecewaannya. Jadilah pendengar yang baik agar kamu bisa lebih memahami isi hati dan masalah yang dihadapinya. Jangan biarkan dia memendam perasaannya karena merasa malu dan segan, jangan biarkan dia membungkam mulutnya karena merasa takut , dan jangan biarkan dia selalu mengalah karena ingin menghindari konflik dengan kamu.

10. Mencintai berarti menghargainya dan membuatnya merasa puas menjadi dirinya. Hargailah kekasihmu sebagai pribadi yang istimewa . Buatlah hatinya selalu berbunga-bunga dengan pujian dan kekagumanmu padanya. Jangan pernah merendahkan dan menghinanya.